Konyol di Bumi Kartini
Tulisan ini bukan kutulis untuk curhat atau merebut simpati
kalian, bukan pula aku ingin mengadu tentang nasip malang dan konyol yang telah
aku lalui. Segala kemalangan dan kekonyolan yang aku alaami adalah harga yang harus
kubayar dari pengalaman indah yang akan terus kukenang. Bukan untuk ku ulangi,
tapi untuk kuperbaiki.
Minggu pagi 18 agustus 2013, kota Jakarta masih belum
sepenuhnya terjaga. Tidak seperti hari senin sampai jumat yang sejak jauh
sebelum subuh jalanan sudah ramai, maka di hari minggu jalanan Jakarta boleh
dibilang dalam tanda kutip lenggang. Ku pacu motor butut kesayanganku ke kos
seorang teman. Ia berjanji mengantarku ke terminal lebak bulus.
Ini adalah pengalaman pertama aku naik bus sendirian dengan
jarak tempuh lebih dari 3jam. Biasanya aku kalo berpergian jauh selalu
menggunakan Kereta Api. Kalian pasti tau alasannya kenapa, naik kereta api itu
tidak macet, datangnya tepat waktu, jarang terjadi kecelakaan dan yang paling
penting gak bikin aku mabuk kendaraan.
Sampai di terminal lebak bulus, aku langsung dikerubuti calo
tiket. Dan aku bersikap nyantai dan sok cool sambil menjawab sudah punya tiket
ke para calo yang dengan sangat antusias mengerubutiku layaknya wartawan yang
akan mewawancarai artis dan koruptor atau mungkin kucing kucing lapar yang
berebut sisa ikan. Aku langsung bergegas ke loket PO. Haryanto, berniat membeli
tiket dengan menyebut nama seorang agen yang telah kutelepon sehari sebelumnya.
Berdasarkan saran teman-teman, bagi pengguna bus jarak jauh yang pemula seperti
aku, lebih aman untuk memesan tiket daripada ketipu atau bahkan dipalak calo di
terminal.
Sampai di depan loket aku langsung menyebut nama mas eddy
yang telah aku telepon dan aku kaget ternyata petugas loket menanyakan dapat
harga tiket berapa?
Dengan segera aku bilang aku mendapatkan tiket dengan harga
150ribu. Dalam hati aku kaget sekaligus was-was jangan jangan harganya naik,
ato mungkin aku bakal dikenai tarif lebih mahal. Dari belakangku seseorang yang
memakai seragam PO.hariyanto langsung bertanya mau kemana mas? aku jawab mau ke
Jepara. Orang itu langsung menggandeng tanganku seraya bilang” ayo langsung
naik, busnya mau berangkat, bayar dia atas bus langsung saja”. Penjaga loket
hanya melongo tanpa mencegah. Diperjalanan menuju bus orang itu bertanya, dapat
harga berapa? Sekali lagi aku bilang “ 150ribu mas”. memang biasanya berapa
mas?” dengan ramah orang itu menjawab “ ya udah gak papa bayar 150 aja”. Dalam hati aku bersyukur, Alhamdulillah…
Aku meminta tiket ke orang tersebut tetapi orang tersebut
bilang gak usah, semua orang yang ada di bus juga gak usah pegang tiket. Dia
bilang supirnya udah tau. Aku mulai was was.
Waktu aku lagi santai di dalam bus tiba2 temen yang
mengantarku datang dan ikut masuk, dia bilang kalau ternyata bus ini memang
buru-buru ke kudus untuk mengambil penumpang yang Balik ke Jakarta setelah
libur lebaran, rata-rata penumpang ditarif 100ribu sampai 120ribu. Wah aku kena tipu, ternyata tadi si calo yang
pakai seragam resmi Po.Haryanto Cuma ngasihin uang 100ribu ke loket resmi dan
50ribu nya masuk ke kantong pribadinnya. Ya udah lah.. ku ikhlaskan saja.
Setelah kurang lebih 10menit menunggu di atas bus, bus pun
berangkat dengan diiringi musik dangdut OM.Sera. aku sangat menikmati satu jam
awal perjalanan, ikut nyanyi dan melihat goyangan biduan di layar TV 17 inch di
bus, aku tidak merasasakan tanda-tanda bahwa aku akan mabuk. Sampai ahirnya 2
jam kemudian musiknya dimatikan, posisi dudukku mulai tegang, pening mulai
kurasakan, mual di perut mulai terasa. Ahirnya kupaksakan diri menutup mata dan
berharap sesegera mungkin tiba di jepara.
Jam 1 siang bus berhenti di salah satu rumah makan, daerah
mana tepatnya aku kurang tahu karena di sepanjang perjalanan aku terus berusaha
memejamkan mata, beberapa jam berhasil tidur, dan selebihnya melamun sambil
berdoa supaya bus cepat sampai. Hampir semua penumpang bus yang hanya ber isi
sekitar sepuluh orang turun ke rumah makan, sementara aku langsung ke toilet
dan sholat di musholah. Kuputuskan untuk menjamak antara dzuhur dan ashar karna
menurut si supir bus nyampe jepara malam hari. Sebenarnya aku gak pingin makan
karena takut muntah, tapi dari pada masuk angin dan jatuh sakit kupaksakan
untuk makan walaupun sedikit dan minum the manis hangat. Setelah makan,
ternyata si penjual tidak punya kembalian. Ahirnya aku pinjam sama kondektur
uang 10ribu untuk membayar.
Sampai di Kudus ternyata bus tidak melanjutkan perjalanan
sampai Jepara, para penumpang dipindahkan ke bus puji jaya. Aku tanyakan kepada
kondektur dijamin gak nanti akan diantar sampai terminal Jepara, ternyata dia
gak berani menjamin dan dia bilang yaudah mas uang 10rbunya tadi buat ngojek
aja ke terminal. Bus Puji jaya tidak mengantarkan kami sampai terminal Jepara, tapi menurunkan kami di tepi jalan
depan Pom bensil ngabul. Di sana kami tinggal bertiga. Dua orang yang bersamaku
adalah orang asli Jepara, mereka menelpon keluarganya untuk minta jemput.
Di pom bensin ngabul tidak ada tukang ojek, angkot atau pun
bus. Aku terdampar di kota orang tanpa kenal satu orang pun. Kusempatkan diri
ngobrol dengan salah satu penumpang yang tadi bersamaku( mas mul), aku bertanya
kearah mana pangkalan tukang ojek dan berapa jauhnya. Ternyata jaraknya sekitar
1km katanya. Di hati aku niatkan jalan kaki dan mencari pangkalan. Tapi dengan
mempertimbangkan rasa lelah dan pening kepala ahirnya aku beranikan diri minta
tolong ke mas mul untuk mengantarkan aku sampai ke pangkalan ojek, nanti aku
akan beri dia uang bensin.
Ahirnya mas mul mengantarkan aku ke area pangkalan tukang
ojek, sampai di sana ternyata sepi. Tak satupun tukang ojek mangkal. Mas mul
menawarkan diri untuk mengantarkan aku sampai pelabuhan kartini jepara. Kami
berboncengan tiga, mas mul, aku dan adiknya. Jalanan kota Jepara sepi, kami
berboncengan tiga dan hanya satu yang pakai helm tapi tidak ada rasa takut
ditilang polisi. Kebanyakan pengendara motor malam itu memang tidak memakai
helm. Kuberikan dia selembar uang 50ribu tapi dia mengembalikan separuhnya. Dia
baling saya ambil 25ribu saja mas. sama seperti tukang ojek biasanya. Aku
ucapkan terimakasih, dalam hati aku mendoakan supaya dia selalu dinaungi
keberuntungan.
Aku kembali seorang diri, menyusuri remang malam di
pelabuhan kartini jepara. Mataku tertuju pada sebuah sepanduk homestay murah
kota baru langsung menghadap pantai, dapatkan nuansa bali dengan harga 80ribu. Ahirnya
kuputuskan untuk menginap di sana. Sampai di tengah jalan aku bertanya pada
seorang ibu, “bu home stay kota baru sebelah mana?
Mau nginep mas”? di sini saja murah” lihat-lihat dulu aja
gak papa”
“Berapa bu? Tanyaku
60 ribu”
Ahirnya aku mengikuti ibu itu ke lantai 2 rumahnya. Di sana
terdapat tiga kamar, satu kamar kamarmadi dalam dan harganya 100ribu.
“yang 60ribu mana bu?
Gak ada mas, paling murah di sini ya 80ribu. Dimana aja sama”
Jengkel lagi aku. Setelah kupikir-pikir dari pada jalan lagi
di sini ga papalah, toh masih di bawah budget yang aku anggarkan, aku
menganggarkan 150ribu untuk nginep semalam di penginapan. Apalagi setelah aku
lihat kamar lain tak berpenghuni sehingga aku bisa puas melihat TV.
Kebetulan malam itu ada pertandingan pertama Chelsea musim
ini di bawah asuhan Mourinho.
Setelah mandi dan ganti baju aku langsung menjamak sholat
magrib dan isyak, setelah itu aku pergi mencari makan. Betapa kagetnya aku,
ternyata home stay kota baru hanya berjarak 3 rumah dari homestay yang aku
sewa. Yang lebih membuat ngiler lagi, ternyata bangunan rumahnya memang bergaya
bali lengkap dengan hiasan dan accesorisnya. Dan keunggulan lainnya adalah di
sana dilengkapi wifi gratis. Hua…..
Sekali lagi kubesarkan hatiku, gak papa… nasi sudah menjadi
bubur.. telan aja wes
Suasana pantai kartini sudah mulai sepi, ngalur ngidul aku
mencari makan tapi sudah tutup semua, yang aku lihat hanya penjual kopi dan pop
mie, daripada perut gak terisi ahirnya kuputuskan makan pop mie aja. Setelah
makan aku bergegas balik ke home stay, nonton TV sampai larut malam melihat
pertandingan Chelsea VS Hull City. Beberapa hal konyol hari ini terobati dengan
kemenangan 2-0 Chelsea, goal Chelsea dicetak oleh Oscar dan Lampard. Aku
bergegas tidur.. sambil melamun pengalaman konyol apalagi yang bakal kutemui
esok hari..
Masih di sini, di Bumi Kartini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar