Tanah Lot |
Jika kalian
membaca promo paket wisata ke bali, atau baca-baca blog backpacker ke bali. Bisa
dipastikan hampir semuanya akan memasukan tanah lot ke dalamnya. Keunikan dan
keindahan pemandangan di tanah lot memang sangat rugi jika di lewatkan. Di tambah
lagi dengan akses yang mudah dan tiket masuk yang murah.
Siapa yang rela
melewatkan, suasana semilir khas pantai lengkap dengan tempat makan dan pusat
oleh-oleh dengan view yang menawan. Daya tarik utama tanah lot memang bangunan
pura di atas bongkahan tebing yang ketika air pasang menjadikan tebing tersebut
berada di tengah laut sehingga pengunjung tidak bisa masuk ke pura.
Selain itu juga ada
tebing menjorok ke laut yang bagian bawahnya bolong, kita juga melihat ular
suci yang ada di bawah tebing di seberang
pura tanah lot. Lebih tepatnya sebelum kita menyebrang masuk ke pura ,
posisinya berada di bawah tebing, ada semacam gua dangkal yang agak
tersembunyi, namun ada papan penunjuk dan kerumunan orang sehingga memudahkan
kita menjumpainya.
Di tanah lot juga kita
juga bisa melihat beberapa bangunan ibadah dengan etnik unik khas bali, Ada juga
restoran dan café di atas tebing yang langsung menghadap laut, cocok sekali
buat pasangan yang menginginkan suasana romantis ketika wisata. kita juga
bisa berbelanja atau sekedar melihat-lihat di toko souvenir dan pusat oleh-oleh
yang lengkap.
Tiket masuk ke tanah
lot relative murah, kami hanya membayar 10.000 per orang ditambah biaya parker motor
2.000. untuk teman-teman yang memiliki keleluasaan waktu di bali, sebaiknya
mengunjungi tanah lot di sore hari, beberapa blog dan wetsite menyebutkan kalau
pemandangan sunsite dengan siluet pura di tanah lot sangat indah. Sayangnya saat
itu kami berkunjung pada siang hari karena pertimbangan utama kami adalah rute.
Kami berharap saat sore sudah sampai di kuta.
Sejarah tanah lot
(sumber: anekatempatwisata)
Tanah Lot berasal
dari dua kata yaitu ‘tanah’ yang berarti pulau dan ‘lot’ yang berarti laut.
Jika digabungkan, keduanya memiliki arti ‘pulau yang berada di tengah laut’.
Selain dari asal usul nama, tempat wisata ini juga memiliki cerita atau legenda
yang dipercaya sebagai awal mula berdirinya Pura Tanah Lot.
Dahulu, ada seorang
penyebar ajaran Hindu dari Jawa yang bernama Danghyang Nirartha dan mengembara
ke tanah Bali. Ia berhasil menguatkan kepercayaan penduduk setempat, namun
seorang penguasa desa yang bernama Bendesa Beraban tak menyukai kehadiran
Nirartha.
Beraban dan
pengikutnya berusaha mengusir Nirartha. Oleh Nirartha, keinginannya akan
dipenuhi, namun terlebih dahulu ia memindahkan sebongkah batu raksasa ke tengah
pantai. Di sana, Nirartha melanjutkan semedinya. Ia juga melemparkan selendang
yang dipakainya ke tengah laut. Selendang itu kemudian berubah menjadi ular
hitam berbelang kuning dengan ekor pipih yang bertugas menjaga tempatnya
bersemedi. Ular tersebut masih bisa dilihat di Tanah Lot sampai sekarang.
Melihat kemampuan
Nirartha yang luar biasa, Beraban mersa kagum. Konon, Beraban mengurungkan
niatnya mengusir Nirartha dan berbalik menjadi pengikutnya. Kemudian
dibangunlah dua buah pura untuk tempat ibadah warga desa, satu pura di atas
bongkahan batu yang dipindahkan ke tengah pantai, satu pura lagi di ujung
tebing yang menjorok ke laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar