Selalu ada kesedihan yang mengiringi kebahagiaan, Selalu ada
sendu setelah tawa mereda.. tepat tiga hari setelah kami jadian dia mulai merasakan
hal itu
Di dinding facebooknya dia menulis “ I wanna see you now”..
Aku paham aku harus segera menemuinya, memupuk benih cinta
yang baru kami tanam bersama. Setelah pulang dari Jakarta minggu pagi, Siang
harinya aku langsung berangkat menemuinya ke Surabaya. Kupangkas inchi demi
inchi jarak yang memisahkan. Tak kuhiraukan lagi rasa kantuk yang menggelantung
di mata. Ku abaikan rasa lelah di badan akibat 12 jam diangkut kereta. Kupacu motorku
di bawah terik matahari jalanan Lamongan-Surabaya. Tepat sebelum adzan ashar
berkumandang aku tiba di depan kosnya.
Dia menemuiku dengan langkah kecilnya yang riang.
Disembunyikannya raut wajah senang dalam senyum yang dikulum sopan. Kami mulai
berbincang, perlahan kami usir JAIM dalam diri kami agar tak ada lagi rasa
segan. Kukembangkan senyumku, kucoba mengatur kembali irama jantungku yang
berdetak lebih cepat. Diam diam kupandangi wajahnya. Kuperhatikan dengan
seksama bulu matanya yang lentik dan panjang. Sepasang daun telinganya
dibiarkan alami tanpa anting. Bola matanya yang coklat dengan teduh menatapku.
Belum puas kami berbincang, suara adzan ashar telah mengalun.
“kamu sholat ashar
dulu gich, aku tak mandi dulu, sholat, trus kita jalan” Pintanya..
Aku hanya menurut.. aku pergi sholat di masjid belakang
kosnya, sementara dia kembali masuk ke dalam kosannya..
Setelah kami sama-sama siap, kami berboncengan berkeliling
kampus tercinta, kampusku sepi.. merana ditinggal penghuninya mudik ke kampung
halamannya masing-masing.
“Mau buka bersama
dimana nich? tanya ku
Terserah kamu aja dech.. kemanapun gak papa asal sama kamu..”
jawabnya mulai berani merayu
“Ke kampung steak
gimana?
Ok..”
Kulajukan motorku ke arah bratang, jalanan Surabaya begitu
lenggang dan nyaman, berbeda dengan jalanan ibu kota yang penuh sesak macet.
Tak sampai 15 menit kami sudah sampai di kampoeng steak bratang. Masih satu jam
lagi waktu berbuka. Kami gunakan waktu tersebut untuk saling bercerita, aku
cerita tentang aktivitasku di Jakarta, sedangkan dia bercerita tentang study S2
nya. Sesekali kami saling berbagi rayuan dan saling olok dalam canda. Obrolan
ringan tersebut tetap kami selingi dengan diskusi tentang devinisi masa depan
dan kebahagiaan. Aku utarakan keseriusanku dengan hubungan ini, dan dia
utarakan sanggup menunggu kapan orang tuaku datang memintanya.
Waktu bukapun tiba, kami berbuka puasa sambil bercanda. Itu
adalah satu-satunya kesempatan berbuka puasa bersama di Romadhan kali ini. Esok
hari ia harus mudik. Tak lama berselang hidanganku sudah tandas, sementara dia
masih belum menghabiskan separuh makanannya. Aku tau dari raut wajahnya ia
tidak berselera dengan menu makanan yang kami pesan, tapi demi menjaga
perasaannku dia rela berbohong bahwa dia menyukainya. Setelah berbuka dan
sholat magrib kami lanjutkan acara kencan pertama kami ke Mall royal, dia ingin
foto box, sementara aku ingin mengajaknya nonton film wolverine. Mall sesak,
parkir motor penuh. Sambil menunggu bioskop buka, kami langsung menuju tempat
foto box. Setelah mengantri sekian menit kamipun berfoto. Layaknya orang yang
baru kenal, kami sangat canggung dalam bergaya. Kebanyakan dari foto yang kami
jepret dihapus ulang dan mencoba lagi bergaya. Ahirnya dari waktu yang
disediakan, kami hanya menyelesaikan 15 photo dari 16 jatah yang diberikan.
Benar benar konyol.
Selesai berfoto kamipun nonton, di dalam bioskop dia
merangkul erat tangan kananku, sementara kepalanya disenderkan di pundakku.
Tanganku membelai jemari tangannya yang mungil. Konsentrasiku terpecah antara
menikmati jalannya cerita film atau menikmati hangat pelukannya. Kami lebih
banyak diam, sibuk menikmati pikiran kami masing-masing. Kubiarkan dia lebih
erat memeluk tanganku. Aku tau dia sedang mencoba mengangsurkan rindu. Hal yang
saat itu juga sedang aku lakukan. Malam semakin dalam, aku mengantarkannya
pulang ke kos jam setengah 12 malam. Setelah dia masuk kos, aku baru beranjak
pergi menumpang tidur di kos salah satu adik kelas.
Aku tak mau buang buang waktu, pagi pagi aku kembali
menemuinya di kosnya. Aku memintanya menemaniku belanja di sakinah, supermarket
faforitku ketika masih menjadi mahasiswa. Setelah berbelanja kami kembali ke
kosnya, duduk bersama sambil terus bercerita, cerita yang sama kami ulang tanpa
bosan. Hal tolol yang lumrah dilakukan oleh manusia yang lagi kasmaran. Aku
puaskan memandang wajahnya, kunikmati setiap canda dan senyumnya. Dan waktu
itupun tiba, dia harus pulang ke kampung halamannya, kedua orang tuanya telah
menunggu di tanah kelahirannya. Aku mengantarkannya ke setasiun gubeng. Sebelum
dia masuk kereta kami berjanji akan saling menjaga hati.
Aku pulang dengan perasaan yang campur aduk, antara senang
dan sedih. Sementara rindu di hatiku belum tuntas dan bahkan semakin
menjadi-jadi. Aku tahu dia juga merasakan hal yang sama,
Dia selalu menulis kata yang sama dalam pesannya
“I Wish that you were here with me”
Sepenggal lirik lagu long distance dari Bruno Mars.
Sabar sayang, kita akan segera bertemu lagi..
Melanjutkan rindu kita.. ya rindu yang tak Tuntas.
Jakarta 15-Aug-13
hahahaha, koplakk...
BalasHapusComent cap opo iku?
Hapuskampretttt,
BalasHapus