Selasa, 08 November 2016

Pura Ulun Danu “ Keindahan di tepi danau beratan” ~ Bali Part 8







Keindahan Pura Ulun Danu Beratan



Walaupun hujan sudah reda, namun cuaca masih tidak menentu, beberapa saat panas, beberapa saat kemudian tiba-tiba mendung, bahkan gerimis. Motor vario sewaan kupacu menuju kabupaten tabanan bali untuk menuju pura ulun danu di danau beratan. Tempat ini masuk daftar tujuan kami sekali lagi karena rekomendasi dari blog-blog para backpaker yang saya baca.

Rute ini hamper kami coret dari agenda karena letaknya yang jauh dari kuta, menurut google maps, butuh waktu sekitar 2 jam dari kuta. Berarti bolak-balik waktu yang terbuang untuk perjalanan sekitar 4  jam. Namun rasa penasaran kami, membuat kami rela datang ke sana. Apalagi kami juga ingin melihat secara langsung pura dan danau yang tergambar bagus di uang lima puluh ribu rupiah itu.

Tidak disangka, ternyata kami sangat menikmati perjalanan kami naik motor, sepanjang jalan kami melihat banguan-bangunan etnik bali yang mengesankan. Tempat-tempat ibadah di depan rumah penduduk, pura-pura, patung-patung, juga aktivitas warga yang sebagian besar sedang mempersiapkan perayaan hariraya galungan dan kuningan.

Pemandangan di luar desa-desa juga tidak kalah mempesona, sawah-sawah dan perkebunan kelapa yang hijau memanjakan mata kami sepanjang perjalanan. Beberapa kali kami harus bertanya kepada para penduduk untuk memastikan kami menuju jalur yang tepat. Di setengah jam perjalanan ahir rute perjalanan mulai menajak dan berkelok, udaranya juga sangat dingin. Ternyata dari Wikipedia saya baru tahu bahwa pura ulun danu berada pada ketinggian 1239 mdpl dengan suhu berkisar 18-22 derajat celcius.
Plakat di dekat pintu masuk



Kami tiba disana sekitar pukul 9.45, suasana masih sangat sepi, parkir motor dan mobil yang luas terlihat kosong. Setelah membeli tiket kami langsung masuk. Ternyata tempat wisata ini sangat luas, selain pura ulun danu, di sana terdapat kompleks peribadatan lain yang tidak kalah indahnya. Di sana juga ada toko oleh-oleh, toilet dan tempat bermain anak-anak.


Kami hanya melihat-lihat sebentar komplek yang lain, karena kami sudah tidak sabar menuju tepi danau beratan untuk menikmati pesona pura ulun danu dan berfoto di sana. Kabut menyelimuti saat kami tiba di tepi danau. Suhu dingin seketika langsung menyergap. Suasana benar-benar sepi, sungguh kami sangat
menikmati momen itu. Saat itu air danau sedang surut sehingga kami tidak bisa menikmati keindahan pura ulundanu secara maksimal. Menurut teman-teman bloger saat yang paling bagus di pura ulun danu adalah ketika air danau pasang sehingga pura dengan gugusan menaranya seakan-akan berada di dalam danau. Memang daya tarik utama di ulun danu adalah bangunan pura khas Bali yang dicirikan oleh menaranya yang bertingkat yang disebut juga meru. Di dalam kompleks pura setidaknya terdapat beberapa bangunan bermenara yang memiliki atap bertingkat, yaitu menara dengan atap 11 tingkat, 7 tingkat, dan 3 tingkat. Keberadaan menara bertingkat tersebut menggambarkan pemujaan terhadap tiga dewa, yakni Dewa Wisnu (11 tingkat), Dewa Brahma (7 tingkat), dan Dewa Siwa (3 tingkat). Tapi bagi kami pemandangan yang ada di depan kami sudah cukup menakjubkan.
Suasana kompleks yang masih sepi



Kabut Mulai Turun

Air danau yang surut

Puas selfie karena belum banyak pengunjung


sebelas meru






Kompleks wisata sangat bersih dan rindang




Sejarah Pura Ulun Danu Beratan Bedugul Bali
Sumber (BaliGlory)
Sejarah pura Ulun Danu Bratan ini dapat diketahui berdasarkan data arkeologi dan data sejarah yang terdapat pada lontar babad Mengwi. Berdasarkan data arkeologi yang terdapat dan berlokasi pada halaman depan Pura Ulun Danu Bedugul ini adalah terdapat peninggalan benda-benda bersejarah seperti sebuah Sarkofagus batu dan papan batu yang diperkirakan telah ada sejak zaman megalitikum, sekitar 500 tahun sebelum Masehi.
Kedua artefak tersebut sampai sekarang diletakkan di halaman teras (babaturan) pura Ulun Danu. Dapat diperkirakan lokasi di Pura Ulun Danu Beratan ini telah digunakan sebagai tempat untuk mengadakan ritual sejak jaman tradisi megalitikum di pulau dewata.

Berdasarkan dari Babad Mengwi, I Gusti Agung Putu sebagai pendiri dari kerajaan Mengwi telah mendirikan pura yang berada di ujung danau Beratan sebelum beliau mendirikan pura Taman Ayun, tidak dijelaskan dalam lontar babad Mengwi kapan tepat nya beliau mendirikan Pura Ulun Danu Beratan, tetapi dijelaskan tentang pendirian pura Taman Ayun dan upacaranya pada hari Anggara Kliwon Medangsia, tahun Çaka 1556 (tahun 1634 setelah Masehi).
Berdasarkan dari deskripsi dari babad Mengwi tersebut diketahui pura Ulun Danu Beratan didirikan sebelum tahun Saka 1556 oleh I Gusti Agung Putu. Sejak pendirian pura tersebut, kerajaan Mengwi menjadi tenteram dan sejahtera dan masyarakat pun menjuluki beliau "I Gusti Agung Sakti"
Komplek Pura Ulun Danu Beratan terdiri dari 5 Pura dan satu buah Stupa Budha:
Pura Penataran Agung
Pura Penataran Agung dapat dilihat ketika melewati Candi Bentar (Gerbang terpisah) menuju Beratan. Pura ini berfungsi untuk memuja kebesaran Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Tri Purusha Siwa yaitu Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa untuk memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia, dan untuk keseimbangan alam semesta.
Pura Dalem Purwa
Di dalam pura ini, terdapat 3 pelinggih utama yaitu Pelinggih Dalem Purwa sebagai tempat untuk memuja Dewi Durga dan Dewa Rudra yang dipuja sebagai sumber kemakmuran, Bale Murda Manik (Bale Pemaruman) sebagai tempat untuk parum/rapat/diskusi, dan Bale Panjang sebagai tempat untuk meletakkan sarana persembahan upacara. Pelinggih yang ada di pura ini menghadap ke arah timur yang terletak ditepi selatan Danau Beratan.
Pura Taman Beji
Pura ini berfungsi untuk melakukan upacara Ngebejiang (ritual penyucian sarana upacara), dan untuk memohon Tirta (air suci). di Pura Taman Beji ini juga berfungsi sebagai tempat untuk Melasti (Upacara pembersihan dan penyucian oleh umat Hindu di Bali) bagi masyrakat sekitar dan penduduk setempat.
Pura Lingga Petak
Pura ini sering disebut dengan Pura Ulun Danu Beratan, dan gambar pura ini juga terdapat pada lembaran uang kertas pecahan Rp. 50,000. Di dalam Pura Lingga Petak ini terdapat sebuah sumur suci dan keramat yang menyimpan Tirta Ulun Danu (Air Suci Ulun Danu). Selain daripada itu, di pura ini juga terdapat sebuah Lingga yang berwarna putih yang diapit oleh batu merah dan batu hitam.
Pura Lingga Petak (Pura Ulun Danu Bratan) dipercaya sebagai sumber utama air kesuburan dari Danau Beratan. Terdapat 2 pelinggih disini yaitu pelinggih yang memiliki atap/tumpang sebelas (Pelinggih Meru Tumpang Solas) menghadap ke arah selatan, dan pelinggih yang memiliki 3 tumpang/atap (Pelinggih Meru Tumpang Telu) yang masing-masing pintu nya menghadap ke empat penjuru arah mata angin.
Pura Prajapati
Pura Prajapati terletak di bawah pohon beringin besar, pura ini berfungsi sebagai tempat berstananya Dewi Durga. Pelinggih ini menghadap ke arah barat dan menjadi pura yang pertama kali di lihat setelah melewati tempat pembelian tiket masuk sebelum masuk ke area danau Bratan.
Stupa Budha
Di kawasan Pura Ulun Danu Bratan, juga terdapat sebuah Stupa Budha. Stupa ini menandakan keselarasan dalam kehidupan beragama. Stupa Budha ini menghadap ke arah selatan yang berlokasi diluar dari area utama dari komplek Pura Ulun Danu Beratan.
Setelah mengelilingi kompleks wisata ulun danu kami berbelanja di toko souvenir dekat pintu keluar, kemudian kami menyebrang jalan ke tempat makan untuk makan siang. Suasana yang kembali hujan saat itu tidak menghentikan kami untuk melanjutkan petualangan kami berikutnya.

Buat teman-teman yang berencana ke bali, jangan lupa untuk memasukan pura ulun danu beratan ke itinerary kalian. Selain keelokan bangunan-bangunannya, pemandangan alam yang asri dan udaranya yang sejuk akan membuat kalian betah berlama-lama di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar