Rabu, 10 September 2014

Dipaksa ke Kawah Putih (lagi)



 
lanscap kawah putih
Jakarta malam ini diguyur hujan deras. Mungkin para sejoli yang mau keluar mengisi weekend memaki langit yang mengguyur malam tanpa memperdulikan schedule kencan mereka. Malam ini pun aku ada agenda untuk nongkrong minum kopi bareng najikh dan febry di angkringan  dekat kosku, dan karena hujan pulalah agenda itu harus sedikit diundur sampai langit selesai menunaikan hajatnya. Sekitar pukul 8 malam najikh telepon bahwa rencana nongkrong diubah menjadi jalan-jalan ke bandung. Setelah proposal jalan-jalan di approve oleh istri , tanpa pikir panjang aku langsung ikut najikh dan febry untuk capcus ke bandung.

Sebenarnya kami berulang kali merencanakan pergi ke bandung bersama, namun karena alasan kesibukan dan pekerjaan, rencana kami selalu gagal terlaksana. Ahirnya rencana dadakan seperti inilah yang membuat kami liburan bersama. Efek hujan tidak membuat jakarta kedinginan, pasangan muda-mudi masih lalu lalang berangkat pergi berkencan. Apalagi bulan dan bintang sudah kembali ke formasi mereka semula, menghiasi langit di atas padatnya hutan beton jakarta.

Febry duduk di jok depan menemani najikh nyetir agar tidak ngantuk, sementara aku duduk di tengah sambil istirahat dan terus mengulum doa agar malam itu tidak mabuk kendaraan. Jam satu malam kami tiba di depan kos abror, berulang kali najikh menelpon tapi abror tidak mengangkat. Pasti dia udah molor, mungkin kelamaan nunggu kami. Ahirnya aku coba hubungi ucup, alhamdulillah dia bangun dan membukakan pagar kosnya. Mungkin kalo 5menit aja dia telat mengangkat telepon kami sudah pergi ke pom bensin mengantar febry yang tiba-tiba perutnya terasa mules.

Ternyata benar abror ketiduran karena terlalu lama menunggu kami. Ahirnya kami pun istirahat. Pagi harinya selepas sarapan  kami merencanakan agenda pagi ini mau kemana. Febry dan najikh mau ke kawah putih, aku yang dua bulan lalu sudah pernah ke sana memutuskan untuk ke rumah saudara saja. Rencananya mereka akan mengantarku ke rumah saudaraku, trus aku nginep di sana sementara mereka akan meneruskan perjalanan ke kawah putih. Namun rencana berubah total. karena kecapekan, najikh tidur sampai jam setengah dua belas siang.
Tengah hari itu kami langsung berangkat ke kawah putih baru kemudian mengantarkanku ke rumah saudara. Dan berikut profil  peserta jalan-jalan tersebut lengkap dengan tugasnya

hasil selfie



Dari kiri berbaju putih, Najikh, teman satu angkatan saat kuliah, cucu seorang ulama besar di mojokerto jawa timur, pecandu berat rokok dan kopi. Hoby main PS, arek mojokerto yang satu ini sulit ditebak cara berpikirnya, selalu merasa kesepian di kos dan kalo penyakit galaunya kambuh aku yang sering jadi korban menjadi patner ngopi dan curcolnya. Saat ini bekerja sebagai Seles engineer di perusahaan penyedia alat-alat konstruksi asal jerman. Dalam kesempatan kali ini dia mendapatkan tugas sebagai Sopir cadangan.
Kedua dari kiri Abror, cowok bertubuh mungil ini dulunya adalah adik kelas waktu menempuh studi di fisika ITS, saat ini dia sedang melanjutkan study di teknik perminyakan ITB. Penggemar Manchester United ini sedang galau abis karena prestasi tim kesayangannya anjlok. Bahkan di musim ini belum pernah mencicipi manisnya kemenangan. Sory bro sepertinya musim ini M.U belum bisa menyaingi Chelsea. Dan Abror mendapatkan tugas sebagai Navigator Utama sekaligus merangkap menjadi Photografer 2.
Yang paling depan berkemeja kotak-kotak, Febry. Rekan seangkatan saat kuliah, patner joging di senayan, penghobi naik gunung yang saat ini lagi bekerja sebagai engineer lumpur di perusahaan bidang oil & gas asal Amerika. Pria asal babat lamongan ini sounding-sounding nya disukai banyak cewek, namun sampai saat ini beliau masih saja galau menentukan calon ibu dari anak-anaknya. Berhubung si doski hobi photography maka tugas menjadi juru foto utama sepakat kami embankan padanya. Selain itu tugas tambahan febry adalah Navigator 2.
Yang paling kanan berkaos abu-abu, Yusuf, nama tenarnya ucup, Hoby travelling, bukan hanya wisata dalam negeri, destinasi wisata luar negri juga telah banyak ia jelajahi. Kalau ada liburan plus tiket promo. Pasti dia sudah ngacir plesiran kemana-mana. Ucup ini adik kelas saat SMA di Lamongan dan saat kuliah di fisika ITS, saat ini dia melanjutkan belajar computer scient di paska sarjana ITB. Tugas ucup kali ini lumayan berat, menjadi juru mudi utama dan photografer 3.
Dan aku sendiri fariz, cowok, pendiam, pemalu, baik hati dan tidak sombong mendapatkan tugas istirahat. Hehehehe.. tugas tambahan menjadi imam sholat saat jamaah. Sebenarnya tugas sebagai imam lebih pantas di jabat oleh ustad Najikh atau da’i abror. Namun karena akulah satu-satua pria yang telah melepas masa lajang, maka aku mendapat amanat untuk mengimami mereka. Katanya ibadah orang yang sudah menikah lebih utama disbanding para bujangan dan bujangwati.
Perjalanan dimulai, mobil avansa putih yang kami naiki perlahan menerobos padatnya lalu lintas di kawasan dago. Aku menikmati setiap jengkal sudut kota yang dulu pernah menjadi lautan api, kota bandung pernah sengaja dibakar oleh pejuang karena tidak rela kota mereka diduduki lagi dan dijadikan markas strategis oleh penjajah. Ucup dengan lihai menyetir didepan sementara dengan cekatan abror memberikan arahan jalan mana yang harus kami lalui, sesekali febry menimpali memberikan pendapat jalan mana yang akan dipilih. Najik menikmati asap di jok paling belakang, dia satu-satunya orang di rombongan ini yang tidak percaya dengan ancaman yang tercantum di bungkus rokok.
Sekitar pukul dua siang kami memutuskan istirahat, mengisi perut dan sholat dzuhur menjadi agenda utama kami. Mobil diparkir di masjid besar ciwidey, sementara kami jalan kaki mencari tempat makan yang nyaman. Ada hal yang unik di bandung, masjid di kecamatan biasanya berdampingan dengan lapangan bola. Masyarakat bandung umumnya menyebut masjid-masjid tersebut masjid agung atau masjid besar. Sementara lapangan di sebelahnya mereka sebut alun-alun.

Perut yang lapar menjadikan makanan yang kami pesan dalam sekejap tandas. Nasi timbel, ayam bakar dan jeruk hangat yang aku pesan cukup efektif membungkam perutku yang dari tadi protes minta makan. Sejak menikah nafsu makanku memang melonjak jauh. Mungkin karena itu juga saat ini berat badanku naik terus. Bahkan jika dibandingkan dengan awal ketika lulus kuliah, saat ini berat badanku bertambah 11kg. dan dengan berat hati aku harus bilang good by pada perut six pack ku. :’(

nyantai dulu ngisi perut
Tak tersasa jam sudah menunjukan pukul setengah tiga, acara leyeh-leyeh pun harus segera kami ahiri, buru-buru kami kembali ke masjid untuk melakukan kewajiban sholat dzuhur. Selepas sholat perjalanan dilanjutkan, track yang kan kami lalui memiliki karakteristik menanjak dan berkelok, jalan seluas tak lebih dari empat meter ini harus dilalui mobil dari dua arah. Ketika berpapasan dengan mobil-mobil gedhe otomatis kami harus berhenti atau paling tidak memperlambat laju mobil. Untungnya ucup sejauh ini sangat baik menjalankan tugasnya. Berulangkali estimasi waktu tempuh yang di maklumatkan abror meleset. Macet menyebabkan kecepatan mobil yang kami naiki tidak dapat diprediksi. Ahirnya rumus  t=s/v sulit sekali dia aplikasikan. 

Sekitar setengah empat sore kami tiba di kawah putih, penjual masker segera mengerubuti kami menawarkan dagangannya. Sore itu bau belerang tidak begitu menyengat sehingga kami berlima tidak ada yang membeli masker. Kami sangat beruntung, saat itu rombongan orchestra serta pertunjukan angklung sedang tampil di sana. Kamipun diberi kesempatan untuk memainkan music traditional khas jawa barat tersebut. Bapak-bapak, ibu-ibu, akang, teteh, dan bahkan anak-anak kecil mengikuti instruksi dari conductor. Tawa meledak, tepuk tangan membahana, walaupun tidak saling kenal dan tanpa latihan, ternyata kami cukup kompak memainkan beberapa lagu wajib nasional. Memang acara ini diseponsori sebagai bentuk peringatan hari kemerdekaan bangsa tercinta.
masa kecil kurang bahagia
Mas conductor lagi ngasih aba-aba



Hampir saja kami lupa, tujuan utama kami adalah menyambangi indahnya kawah putih. Ahirnya kami terpaksa menyudahi permainan angklung kami, berjalan menuruni tangga menuju danau dengan air  bercampur belerang dan tanahnya yang berwarna putih. Di sana terdapat hutan mati yang indah. Kami menyusuri beberapa sudut mencari background foto untuk.  Berikut poto-poto hasil jepretan febri dan abror:

tetep geje


uteke malik... hwa3
 
Ilmu meringankan tubuh
Ndrenges
Nggilani
Tendangan maut RX Turbo
Salto yang Gagal
Hutan belantara
 
Penek-an
Dalam kabut

senyum nanggung si ucup

Ngasooh

Turun ke kawah

bukan boy band
Loncat riang


sunset

Putihnya tanah hijaunya hutan

Tiga fisikawan

 
Batu yang sama
sampai jumpa lagi Kawah putih
Setelas puas photo kamipun pulang, aku diantar ke rumah saudaraku di cililin sedangkan mereka kembali ke dago.. 

 
Bareng Istri

ternyata jaket dan celana yang aku pakai sama persis ketika aku kesini bersama istri mei yang lalu

Kesimpulan perjalananku kali ini :
Kawah putih, tempat yang sama dengan kenangan yang berbeda






Tidak ada komentar:

Posting Komentar