Selasa, 01 November 2016

Zangrandi-Masjid Cheng Hoo Surabaya-Kampoeng Steak-Quality Time




Seperti biasa, pulang ke Surabaya merupakan agenda rutin untuk melepas rindu pada istri. Sebagai suami istri yang LDR waktu yang ada harus kami maksimalkan. Kalau boleh meminjam istilah anak-anak gaul jaman sekarang, waktu yang singkat saat bertemu dengan istri harus menjadi “Quality time”.

Sore itu selepas ashar, untuk memenuhi keinginan istri yang sudah lama ingin mencicipi es krim legendaris di Surabaya. Es krim ini sudah ada sejak tahun 1930. Berarti kalau dihitung-hitung sudah berumur 87 tahun. Lebih tua dari usia Indonesia tentunya. Zangrandi memiliki beberapa cabang di Surabaya, dan yang kami kunjungi adalah ditempat pertamakali berdiri

Kedai es krim ini didirikan oleh seorang pria italia bernama Renato Zangrandi. Letaknya sangat strategis dipusat kota Surabaya. Hanya berjarak sekitar 300 meter dari balai kota Surabaya, tepatnya di jalan Yos Sudarso No. 15, Genteng, Surabaya. Bersebrangan dengan balai pemuda dan gedung DPRD kota surabya. Gedung balai pemuda dulunya bernama Simpangsche Societeit, yang merupakan tempat kaum muda asing borjuis berkumpul untuk berpesta, berdansa, menonton konser musik dan yang lainya. 
Dinding yang dihiasi dengan foto surabaya tempo dulu


Bangunannya adalah bangunan tua namun terawat sehingga unsur klasik mewah jaman kolonial sangat terasa, dari buku menu, meja dan kursi, semuanya terlihat tua, sehingga menegaskan betapa legendarisnya kedai es krim ini.
Buku Menu


Selain menjual es krim kedai ini juga menjual makanan khas italia seperti pizza, spageti dan lainnya. Ada juga makanan Indonesia dan camilan seperti lumpia dan risoles. Dari segi harga memang lumayan mahal, namun sensasi menjadi pemuda borjuis jaman colonial menjadikan anda rela untuk membayarnya.

Twins Glamour

Yang kami pesan saat itu adalah  eskrim “twin glamour” secara bahasa mungkin artinya sikembar yang mewah. Sengaja kami pilih ini karna dari segi harga termasuk rata-rata namun sudah dapat dua sehingga kami cukup memsan satu eskrim saja. Sedangkan untuk makanannya kami memilih pizza tuna karna istri sedang hamil sehingga butuh omega tiga yang tinggi dengan harapan kelak anak kami menjadi orang yang cerdas.

Pizza Tuna
Selepas nongkrong di zangrandi kami berdua melanjutkan perjalanan muter-muter naik motor di sepanjang kalimas dan taman prestasi, sambil ngobrol tersisip ide untuk menyambangi masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya terletak di jalan Gading No. 2, Ketabang Genteng Surabaya, atau tepatnya sekitar satu kilo meter ke arah utara dari balai kota Surabaya.







Masjid Muhammad Cheng Hoo ada beberapa di Indonesia, namun yang pertama kali dibangun di Indonesia adalah yang ada di Surabaya ini. Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama 15 oktober 2001 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru diresmikan pada 13 oktober 2002. Berdirinya masjid ini diprakarsai oleh PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia). Masjid ini memiliki perpaduan arsitektur Tiongkok, Arab dan Jawa dengan arsitektur tiongkok yang sangat dominan. Arsitek dari masjid ini adalah Abdul Aziz.
Menjelang Magrib di masjid Cheng Hoo


Bangunan masjid ini menyerupai klenteng, warnanya didominasi warna, merah, hijau dan emas. Meski kecil untuk ukuran masjid, namun syarat akan filosofi, misalkan ukuran bangunan yang 11x9 diambil dari ukuran Ka’bah yaitu 11x11 saat pertama kali dibangun nabi Ibrahim dan ismail. Diharapkan orang yang sholat di masjid ini memiliki tingkat ke khusukan seperti nabi Ibrahim yang mendapat gelar bapak dari para nabi. Sedangkan angka 9 merujuk pada walisongo penyebar islam di Indonesia.



Ornamen langit-langit Masjid Cheng Ho Surabaya yang menyerupai sarang laba-laba segi delapan. Ornamen atap masjid ini dibentuk persegi delapan yang menyerupai sarang laba-laba. Angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa, sedangkan sarang laba-laba merupakan sesuatu yang menyelamatkan Muhammad dari kejaran kaum Quraish. Warna merah yang mendominasi warna masjid, menyimbolkan kebahagiaan. Sementara warna kuning di beberapa bagiannya mempunyai makna suatu kedamaian.

Anak tangga di pintu kanan dan kiri masjid berjumlah 5 dan 6. Angka ini menyimbolkan rukun Islam dan rukun iman. Pintu masjid dibangun tanpa menggunakan daun pintu, hal ini melambangkan bahwa Masjid Cheng Ho Surabaya terbuka bagi siapa saja, tanpa melihat golongan.

Di sisi kiri masjid terdapat relief laksamana cheng hoo beserta kapalnya yang menceritakan bahwa laksamana chengho merupakan pelaut ulung dari tiongkok yang memiliki misi dagang sekaligus dakwah. Sejarah laksamana cheng hoo dapat di baca di prasasti yang ada di sisi gedung PITI dalam berbagai macam bahasa.

Kapal dan Relief Laksamana Chenghoo
Puas berkeliling masjid, kami bersiap untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Setelah sholat kami menuju kampung steak untuk makan malam. Hari yang menyenangkan, bersyukur atas nikmat Allah yang memberikan riski iman, kesehatan, kerukunan, dan materi sehingga tetap bisa rutin bertemu dan jalan-jalan bersama istri. Semoga segera diberikan jalan agar bisa segera serumah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar