Seperti biasa,
pulang ke Surabaya merupakan agenda rutin untuk melepas rindu pada istri.
Sebagai suami istri yang LDR waktu yang ada harus kami maksimalkan. Kalau boleh
meminjam istilah anak-anak gaul jaman sekarang, waktu yang singkat saat bertemu
dengan istri harus menjadi “Quality time”.
Sore itu selepas
ashar, untuk memenuhi keinginan istri yang sudah lama ingin mencicipi es krim
legendaris di Surabaya. Es krim ini sudah ada sejak tahun 1930. Berarti kalau
dihitung-hitung sudah berumur 87 tahun. Lebih tua dari usia Indonesia tentunya.
Zangrandi memiliki beberapa cabang di Surabaya, dan yang kami kunjungi adalah
ditempat pertamakali berdiri
Kedai es krim ini
didirikan oleh seorang pria italia bernama Renato Zangrandi. Letaknya sangat
strategis dipusat kota Surabaya. Hanya berjarak sekitar 300 meter dari balai
kota Surabaya, tepatnya di jalan Yos Sudarso No. 15, Genteng, Surabaya.
Bersebrangan dengan balai pemuda dan gedung DPRD kota surabya. Gedung balai
pemuda dulunya bernama Simpangsche Societeit, yang merupakan tempat kaum muda
asing borjuis berkumpul untuk berpesta, berdansa, menonton konser musik dan
yang lainya.
Dinding yang dihiasi dengan foto surabaya tempo dulu |
Bangunannya adalah
bangunan tua namun terawat sehingga unsur klasik mewah jaman kolonial sangat
terasa, dari buku menu, meja dan kursi, semuanya terlihat tua, sehingga
menegaskan betapa legendarisnya kedai es krim ini.
Buku Menu |
Selain menjual es
krim kedai ini juga menjual makanan khas italia seperti pizza, spageti dan lainnya.
Ada juga makanan Indonesia dan camilan seperti lumpia dan risoles. Dari segi
harga memang lumayan mahal, namun sensasi menjadi pemuda borjuis jaman colonial
menjadikan anda rela untuk membayarnya.
Twins Glamour |
Yang kami pesan saat
itu adalah eskrim “twin glamour” secara
bahasa mungkin artinya sikembar yang mewah. Sengaja kami pilih ini karna dari
segi harga termasuk rata-rata namun sudah dapat dua sehingga kami cukup memsan
satu eskrim saja. Sedangkan untuk makanannya kami memilih pizza tuna karna
istri sedang hamil sehingga butuh omega tiga yang tinggi dengan harapan kelak
anak kami menjadi orang yang cerdas.
Pizza Tuna |
Selepas nongkrong di
zangrandi kami berdua melanjutkan perjalanan muter-muter naik motor di
sepanjang kalimas dan taman prestasi, sambil ngobrol tersisip ide untuk
menyambangi masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Masjid Muhammad Cheng Hoo
Surabaya terletak di jalan Gading No. 2, Ketabang Genteng Surabaya,
atau tepatnya sekitar satu kilo meter ke arah utara dari balai kota Surabaya.
Masjid Muhammad
Cheng Hoo ada beberapa di Indonesia, namun yang pertama kali dibangun di
Indonesia adalah yang ada di Surabaya ini. Pembangunan masjid ini diawali
dengan peletakkan batu pertama 15 oktober 2001 bertepatan
dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru
diresmikan pada 13 oktober 2002. Berdirinya masjid ini diprakarsai oleh PITI (Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia). Masjid ini memiliki perpaduan arsitektur Tiongkok,
Arab dan Jawa dengan arsitektur tiongkok yang sangat dominan. Arsitek dari
masjid ini adalah Abdul Aziz.
Menjelang Magrib di masjid Cheng Hoo |
Bangunan masjid ini
menyerupai klenteng, warnanya didominasi warna, merah, hijau dan emas. Meski
kecil untuk ukuran masjid, namun syarat akan filosofi, misalkan ukuran bangunan
yang 11x9 diambil dari ukuran Ka’bah yaitu 11x11 saat pertama kali dibangun nabi
Ibrahim dan ismail. Diharapkan orang yang sholat di masjid ini memiliki tingkat
ke khusukan seperti nabi Ibrahim yang mendapat gelar bapak dari para nabi.
Sedangkan angka 9 merujuk pada walisongo penyebar islam di Indonesia.
Ornamen
langit-langit Masjid Cheng Ho Surabaya yang menyerupai sarang laba-laba segi
delapan. Ornamen atap masjid ini dibentuk persegi delapan yang menyerupai
sarang laba-laba. Angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan dalam
budaya Tionghoa, sedangkan sarang laba-laba merupakan sesuatu yang
menyelamatkan Muhammad dari kejaran kaum Quraish. Warna merah yang mendominasi
warna masjid, menyimbolkan kebahagiaan. Sementara warna kuning di beberapa
bagiannya mempunyai makna suatu kedamaian.
Anak tangga di pintu
kanan dan kiri masjid berjumlah 5 dan 6. Angka ini menyimbolkan rukun Islam dan
rukun iman. Pintu masjid dibangun tanpa menggunakan daun pintu, hal ini
melambangkan bahwa Masjid Cheng Ho Surabaya terbuka bagi siapa saja, tanpa
melihat golongan.
Di sisi kiri masjid
terdapat relief laksamana cheng hoo beserta kapalnya yang menceritakan bahwa
laksamana chengho merupakan pelaut ulung dari tiongkok yang memiliki misi
dagang sekaligus dakwah. Sejarah laksamana cheng hoo dapat di baca di prasasti
yang ada di sisi gedung PITI dalam berbagai macam bahasa.
Kapal dan Relief Laksamana Chenghoo |
Puas berkeliling
masjid, kami bersiap untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Setelah sholat
kami menuju kampung steak untuk makan malam. Hari yang menyenangkan, bersyukur
atas nikmat Allah yang memberikan riski iman, kesehatan, kerukunan, dan materi
sehingga tetap bisa rutin bertemu dan jalan-jalan bersama istri. Semoga segera
diberikan jalan agar bisa segera serumah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar