Minggu, 01 November 2015

karimun jawa part 2



This is Karimunjawa...  Ups Jepara

 

Salah satu sudut pantai Kartini Jepara



Aku berjalan setengah berlari, Matahari baru beringsut bangun dari tidurnya, angin darat pagi itu sungguh dingin menyusup tulang, sementara kabut masih mensaput pantai kartini jepara. Linda menungguku di pelabuhan kartini. Katanya kapal akan menyebrang ke karimunjawa pagi pagi sekitar jam tujuh. Kupercepat langkahku, bukan karena aku takut ketinggalan kapal, karna saat itu jam masih menunjukan pukul empat tapi lebih karena aku ingin segera mengangsurkan rindu di hatiku.


Pelabuhan kartini hari itu lebih mirip pengungsian, banyak rombongan yang tidur beralaskan tikar beratap langit di parkiran, sebagian lagi sibuk main kartu. Rata-rata mereka adalah rombongan backpacker dari berbagai penjuru kota yang ingin menikmati suasana liburan di karimunjawa. Sebuah warung terlihat ramai, banyak orang-orang yang memesan kopi atau minuman hangat yang lain untuk mengusir dinginnya pagi. Dua diantara mereka adalah adik kelasku. Segera aku bertanya

Linda mana?

Lagi sholat ma ucup di musholah jawab adik kelasku sambil tangannya menunjuk ke arah pojok pelabuhan. Di sana memang terlihat bangunan kecil bertuliskan toilet umun dan musholah. Aku langsung menuju kesana. Ternyata linda memang di sana. Aku menyapanya sebentar,  kemudian hannya terdiam memandangi wajahnya. Aku tak tahu harus berkata apa dan bersikap bagai mana. Hari itu adalah hari pertama kami jalan bersama dengan diketahui oleh orang yang telah mengenal kami, sementara sikap linda juga tak jauh berbeda, terdiam dan tersenyum malu saat ledekan demi ledekan meluncur dari ucup.

Aku, linda, ucup,gaby, dan patar duduk di salah satu bangku warung, ngobrol sambil main kartu UNO, hari itu adalah hari pertama aku memainkan kartu tersebut. Awalnya sering kesulitan, tapi lama-lama terbiasa juga. Sebenarnya aku kurang konsentrasi main UNO, aku lebih sering mencuri-curi pandang menatap wajah linda. Menatap matanya yang indah, bulu matanya yang lentik sempurna, alis rapinya yg tebal, pipinya yang padat berisi, bentuk wajahnya yang bulat dan jarang tersentuh make up, bibir tipisnya tak pernah aku lihat dipulas lipstik. Sementara rambut keritingnya tetap di ikat kebelakang lengkap dengan poni andalannya. Tak ada se-gram emas pun yang menghiasi telinga, leher maupun tangannya.

Pengumuman dari petugas pelabuhan menggema keras lewat TOA, penumpang kapal eksekutif dipersilakan mengantri membeli tiket, sementara untuk kapal ekonomi belum jelas bisa dibrangkatkan hari ini atau tidak karena masih terkendala kerusakan mesin dan sekarang masih dalam perbaikan di pelabuhan karimunjawa. Berulangkali rendi kepala rombongan kami ke loket penjualan tiket menanyakan kejelasan kebrangkatan kapal kami. Tapi sampai jam sembilan masih belum jelas juga kami jadi brangkat atau tidak. Puluhan raut muka calon penumpang kapal ekonomi terlihat gusar, mungkin mereka sama sepertiku, sudah jauh-jauh datang ke karimunjawa dan berjuang mendapatkan cuti untuk liburan tapi semuanya terancam batal, atau paling tidak harus memperpanjang cuti karena molornya agenda. Linda berulangkali mengkhawatirkan pekerjaanku, katanya gak enak kalo cuuutaaaaaaa cuuutiiiii. Padahal jatah cutiku saat itu masih sangat banyak.

Setelah menunggu beberapa lama ternyata kapal resmi diumumkan tidak bisa berangkat hari ini. Dan setelah diskusi dengan rendi, malam ini teman2 akan menginap di jepara dulu dan baru berangkat besok pagi. Karna berangkatnya molor maka yang semula rencananya liburanku dan rombongan 4H3M berubah menjadi 3H2M. Tentu saja dengan pengembalian sebagian uang untuk kami. 

Dari pada gak ada kegiatan, kami memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi kota jepara, kami berjalan di bawah terik matahari bumi kartini yang begitu menyengat. Aku berjalan sambil terus menatap linda, terkadang kami sengaja memilih berjalan agak lambat dari patar, ucup dan gaby agar kami bisa berkomuni kasi secara bebas hanya berdua saja. Trotoar demi trotoar kami tekuri, peluh membasahi dahi linda, namun dia terlihat tetap semangat. Sementara kakiku sudah terasa sangat capek. Aku berusaha terlihat kuat di depan linda, malu rasanya sebagai cowok yang akan mendampinginya kelak aku terlihat lemah.
MAsjid Agung Jepara

Ketika adzan dhuhur berkumandang kami sampai di masjid agung jepara, masjid dengan arsitektur yang sebagian besar ornamennya dipenuhi ukiran memperkuat kesan kota jepara sebagai kota ukir. Udara khas masjid yang selalu terasa sejuk membuat kami berlima memutuskan untuk istirahat dan berbaring di lantai masjid. Kombinasi kurang tidur semalam dan capek berjalan membuat kami berlima tertidur pulas dan baru bangun pukul dua. Setelah bangun kami mengisi perut kami yang protes minta jatah makan karena dari pagi belum diisi. Kami membeli bakso dan makan bersama di bawah rindangnya pohon mangga. Selepas ashar kami putuskan untuk kembali ke pantai kartini.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar