This is Karimunjawa... Ups Jepara
Salah satu sudut pantai Kartini Jepara |
Aku berjalan
setengah berlari, Matahari baru beringsut bangun dari tidurnya, angin darat
pagi itu sungguh dingin menyusup tulang, sementara kabut masih mensaput pantai
kartini jepara. Linda menungguku di pelabuhan kartini. Katanya kapal akan
menyebrang ke karimunjawa pagi pagi sekitar jam tujuh. Kupercepat langkahku,
bukan karena aku takut ketinggalan kapal, karna saat itu jam masih menunjukan
pukul empat tapi lebih karena aku ingin segera mengangsurkan rindu di hatiku.
Pelabuhan kartini
hari itu lebih mirip pengungsian, banyak rombongan yang tidur beralaskan tikar
beratap langit di parkiran, sebagian lagi sibuk main kartu. Rata-rata mereka
adalah rombongan backpacker dari berbagai penjuru kota yang ingin menikmati
suasana liburan di karimunjawa. Sebuah warung terlihat ramai, banyak orang-orang
yang memesan kopi atau minuman hangat yang lain untuk mengusir dinginnya pagi.
Dua diantara mereka adalah adik kelasku. Segera aku bertanya
Linda mana?
Lagi sholat ma ucup
di musholah jawab adik kelasku sambil tangannya menunjuk ke arah pojok
pelabuhan. Di sana memang terlihat bangunan kecil bertuliskan toilet umun dan
musholah. Aku langsung menuju kesana. Ternyata linda memang di sana. Aku
menyapanya sebentar, kemudian hannya
terdiam memandangi wajahnya. Aku tak tahu harus berkata apa dan bersikap bagai
mana. Hari itu adalah hari pertama kami jalan bersama dengan diketahui oleh
orang yang telah mengenal kami, sementara sikap linda juga tak jauh berbeda,
terdiam dan tersenyum malu saat ledekan demi ledekan meluncur dari ucup.
Aku, linda,
ucup,gaby, dan patar duduk di salah satu bangku warung, ngobrol sambil main
kartu UNO, hari itu adalah hari pertama aku memainkan kartu tersebut. Awalnya
sering kesulitan, tapi lama-lama terbiasa juga. Sebenarnya aku kurang
konsentrasi main UNO, aku lebih sering mencuri-curi pandang menatap wajah
linda. Menatap matanya yang indah, bulu matanya yang lentik sempurna, alis
rapinya yg tebal, pipinya yang padat berisi, bentuk wajahnya yang bulat dan
jarang tersentuh make up, bibir tipisnya tak pernah aku lihat dipulas lipstik.
Sementara rambut keritingnya tetap di ikat kebelakang lengkap dengan poni
andalannya. Tak ada se-gram emas pun yang menghiasi telinga, leher maupun
tangannya.
Pengumuman dari
petugas pelabuhan menggema keras lewat TOA, penumpang kapal eksekutif
dipersilakan mengantri membeli tiket, sementara untuk kapal ekonomi belum jelas
bisa dibrangkatkan hari ini atau tidak karena masih terkendala kerusakan mesin
dan sekarang masih dalam perbaikan di pelabuhan karimunjawa. Berulangkali rendi
kepala rombongan kami ke loket penjualan tiket menanyakan kejelasan
kebrangkatan kapal kami. Tapi sampai jam sembilan masih belum jelas juga kami
jadi brangkat atau tidak. Puluhan raut muka calon penumpang kapal ekonomi terlihat
gusar, mungkin mereka sama sepertiku, sudah jauh-jauh datang ke karimunjawa dan
berjuang mendapatkan cuti untuk liburan tapi semuanya terancam batal, atau
paling tidak harus memperpanjang cuti karena molornya agenda. Linda
berulangkali mengkhawatirkan pekerjaanku, katanya gak enak kalo cuuutaaaaaaa
cuuutiiiii. Padahal jatah cutiku saat itu masih sangat banyak.
Setelah menunggu
beberapa lama ternyata kapal resmi diumumkan tidak bisa berangkat hari ini. Dan
setelah diskusi dengan rendi, malam ini teman2 akan menginap di jepara dulu dan
baru berangkat besok pagi. Karna berangkatnya molor maka yang semula rencananya
liburanku dan rombongan 4H3M berubah menjadi 3H2M. Tentu saja dengan
pengembalian sebagian uang untuk kami.
Dari pada gak ada
kegiatan, kami memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi kota jepara, kami
berjalan di bawah terik matahari bumi kartini yang begitu menyengat. Aku
berjalan sambil terus menatap linda, terkadang kami sengaja memilih berjalan
agak lambat dari patar, ucup dan gaby agar kami bisa berkomuni kasi secara
bebas hanya berdua saja. Trotoar demi trotoar kami tekuri, peluh membasahi dahi
linda, namun dia terlihat tetap semangat. Sementara kakiku sudah terasa sangat
capek. Aku berusaha terlihat kuat di depan linda, malu rasanya sebagai cowok
yang akan mendampinginya kelak aku terlihat lemah.
MAsjid Agung Jepara |
Ketika adzan dhuhur
berkumandang kami sampai di masjid agung jepara, masjid dengan arsitektur yang
sebagian besar ornamennya dipenuhi ukiran memperkuat kesan kota jepara sebagai
kota ukir. Udara khas masjid yang selalu terasa sejuk membuat kami berlima
memutuskan untuk istirahat dan berbaring di lantai masjid. Kombinasi kurang
tidur semalam dan capek berjalan membuat kami berlima tertidur pulas dan baru
bangun pukul dua. Setelah bangun kami mengisi perut kami yang protes minta
jatah makan karena dari pagi belum diisi. Kami membeli bakso dan makan bersama
di bawah rindangnya pohon mangga. Selepas ashar kami putuskan untuk kembali ke
pantai kartini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar